Sunday, December 16, 2012

Makanan dan Minuman Jin (bag.1)

Al-Qadhi Abu Ya'la mengatakan, "Bangsa jin itu makan, minum, dan menikah sebagaimana halnya manusia. Pada umumnya bangsa jin memiliki kebiasaan tersebut. Ini pendapat satu golongan. Kemudian mereka berbeda pendapat tentang makanan dan minumannya. Sebagian mereka mengatakan, 'Makan dan minumnya jin dengan mencium dan menghirup bebauan, tidak mengunyah dan menelan.' Tetapi pendapat ini tidak ada dalilnya. Kebanyakan mereka memandang makan dan minumnya jin dengan cara mengunyah dan menelan."

Golongan lain mengatakan bahwa semua jin tidak makan dan tidak minum. Ini pandangan yang batil. Sementara golongan yang lain lagi berpendapat bahwa ada kelompok jin yang makan dan minum dan ada kelompok jin yang tidak makan dan tidak minum.

Ibn Jarir meriwayatkan dari Wahb bin Munabbih, bahwa ia ditanya soal jin, "Apakah mereka makan, minum, mati, dan menikah?" Maka ia menjawab, "Mereka bermacam-macam. Jin yang khusus tidak makan dan tidak minum. Jenis yang lain mereka makan, minum, menikah, dan mati. Itulah yang dikenal seperti hantu, momok, dan sejenisnya."

Ibn Abi ad-Dunya dalam kitab Maka'id asy-Syaithan dan Abu asy-Syaikh dalam al-'Azhamah meriwayatkan dari Yazid bin Jabir, "Dalam keluarga muslim, ada keluarga jin muslim diatas rumah mereka; jika mereka menghidangkan makan siang, para jin turun dan duduk bersama-sama; juga ketika mereka menghidangkan makan malam, para jin juga turun dan duduk bersama, kemudian Allah mengangkat mereka."

Ahmad, Abu asy-Syaikh, dan at-Tarmidzi meriwayatkan dari 'Alqamah yang mengatakan, "Aku bertanya pada Ibn Mas'ud, 'Apakah Nabi ditemani oleh seseorang pada malam jin?' Ibn Mas'ud menjawab, 'Tidak seorang pun di antara kami yang menemani Rasulullah, karena kami kehilangan beliau pada suatu malam, dimana beliau saat itu berada di Mekah. Lalu kami mengatakan, "Ia tersesat." Sampai waktu pagi barulah beliau muncul dari arah Gua Hira.' Kemudian mereka menceritakan kepada beliau apa yang mereka alami. Nabi berkata, 'Seorang pengundang dari jin datang padaku. Maka aku pergi bersamanya dan membacakan Al-Qur'an kepada mereka.' Selanjutnya kami pergi bersama Rasulullah dan beliau memperlihatkan kepada kami bekas telapak kaki jin dan api mereka. Mereka, dari golongan jin penunggu lembah, meminta bekal pada beliau. Maka beliau menjawab, 'Bagian makanmu adalah tulang yang telah disembelih dengan nama Allah.' Pada riwayat at-Tarmidzi redaksinya, 'Bagianmu adalah tulang yang tidak disembelih dengan nama Allah, apa yang ada padamu lebih baik dari pada daging dan kotoran hewan peliharaan kamu.' Nabi saw mengatakan, 'Janganlah kalian melakukan bersuci (istinja) dengan keduanya, karena itu makanan saudara kalian, jin.'"

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. memerintahkannya untuk menbawakannya batu-batu yang akan beliau gunakan untuk ber-istinja dan berkata kepadanya, "Jangan kamu bawakan untukku tulang dan kotoran hewan." Kemudian Abu Hurairah bertanya, "Memangnya ada apa tulang dan kotoran hewan?" Beliau menjawab, "Karena keduanya makanan jin, dan ketika jin Nashibin---jin yang baik---datang padaku, mereka bertanya tentang bekal mereka, maka aku pun berdoa pada Allah untuk mereka, agar mereka tidak melewati tulang dan kotoran hewan kecuali mereka mendapatkan makanan."

Ibn al-'Arabi meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah, ia mengatakan, "Ketika aku sedang bersama Rasulullah, datang seekor ular mendekati beliau. Ular itu mendekatkan mulutnya di telinga Rasul seakan berbisik kepadanya. Nabi pun menjawab bisikan ular itu dengan ucapan, 'Ya.' Kemudian ular itu pergi. Lalu aku bertanya pada Rasul, dan beliau memberitahukan padaku bahwa ular itu adalah jin dan berkata kepadanya, 'Perintahkan umatmu wahai Rasul agar jangan melakukan istinja' dengan kotoran dan potongan tulang, karena dengan keduannya Allah memberikan rezeki pada kami.'"


Bersambung...

Kajian Terkait:

No comments:

Post a Comment